Kamis, 09 Oktober 2014

Tabel Chi-Square dan Cara Menggunakannya


Tabel Chi Square – Apa itu chi square? Chi Square merupakan salah jenis uji hipotesa yang dikenal dalam statistik. Distribusi chi square dilambangkan dengan χ2. Kegunaan Uji Chi Square adalah untuk menguji hubungan ataupengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency).
Karakteristik Chi‐Square:
  • Nilai Chi‐Square selalu positip.
  • Terdapat beberapa keluarga distribusi Chi‐Square, yaitu distribusi Chi‐Square dengan DK=1, 2, 3, dst.
  • Bentuk Distribusi Chi‐Square adalah menjulur positip.Semakin besar derajat bebas, semakin mendekati distribusi normal.
  • df = k – 1, dimana k adalah jumlah katagori. Jadi bentuk distribusi chi square tidak ditentukan banyaknya sampel, melainkan banyaknya derajat bebas.
Rumus Chi Square
χ2: Nilai chi-kuadrat
fe: Frekuensi yang diharapkan
fo: Frekuensi yang diperoleh/diamati
Tabel Chi-Square
Berikut ini tabel Chi-Square dengan derajat kebebasan dari 1-100 dan alpha 0,001, 0,01, dan 0,05
df P = 0.05 P = 0.01 P = 0.001
df P = 0.05 P = 0.01 P = 0.001
1 3.84 6.64 10.83
51 68.67 77.39 87.97
2 5.99 9.21 13.82
52 69.83 78.62 89.27
3 7.82 11.35 16.27
53 70.99 79.84 90.57
4 9.49 13.28 18.47
54 72.15 81.07 91.88
5 11.07 15.09 20.52
55 73.31 82.29 93.17
6 12.59 16.81 22.46
56 74.47 83.52 94.47
7 14.07 18.48 24.32
57 75.62 84.73 95.75
8 15.51 20.09 26.13
58 76.78 85.95 97.03
9 16.92 21.67 27.88
59 77.93 87.17 98.34
10 18.31 23.21 29.59
60 79.08 88.38 99.62
11 19.68 24.73 31.26
61 80.23 89.59 100.88
12 21.03 26.22 32.91
62 81.38 90.80 102.15
13 22.36 27.69 34.53
63 82.53 92.01 103.46
14 23.69 29.14 36.12
64 83.68 93.22 104.72
15 25.00 30.58 37.70
65 84.82 94.42 105.97
16 26.30 32.00 39.25
66 85.97 95.63 107.26
17 27.59 33.41 40.79
67 87.11 96.83 108.54
18 28.87 34.81 42.31
68 88.25 98.03 109.79
19 30.14 36.19 43.82
69 89.39 99.23 111.06
20 31.41 37.57 45.32
70 90.53 100.42 112.31
21 32.67 38.93 46.80
71 91.67 101.62 113.56
22 33.92 40.29 48.27
72 92.81 102.82 114.84
23 35.17 41.64 49.73
73 93.95 104.01 116.08
24 36.42 42.98 51.18
74 95.08 105.20 117.35
25 37.65 44.31 52.62
75 96.22 106.39 118.60
26 38.89 45.64 54.05
76 97.35 107.58 119.85
27 40.11 46.96 55.48
77 98.49 108.77 121.11
28 41.34 48.28 56.89
78 99.62 109.96 122.36
29 42.56 49.59 58.30
79 100.75 111.15 123.60
30 43.77 50.89 59.70
80 101.88 112.33 124.84
31 44.99 52.19 61.10
81 103.01 113.51 126.09
32 46.19 53.49 62.49
82 104.14 114.70 127.33
33 47.40 54.78 63.87
83 105.27 115.88 128.57
34 48.60 56.06 65.25
84 106.40 117.06 129.80
35 49.80 57.34 66.62
85 107.52 118.24 131.04
36 51.00 58.62 67.99
86 108.65 119.41 132.28
37 52.19 59.89 69.35
87 109.77 120.59 133.51
38 53.38 61.16 70.71
88 110.90 121.77 134.74
39 54.57 62.43 72.06
89 112.02 122.94 135.96
40 55.76 63.69 73.41
90 113.15 124.12 137.19
41 56.94 64.95 74.75
91 114.27 125.29 138.45
42 58.12 66.21 76.09
92 115.39 126.46 139.66
43 59.30 67.46 77.42
93 116.51 127.63 140.90
44 60.48 68.71 78.75
94 117.63 128.80 142.12
45 61.66 69.96 80.08
95 118.75 129.97 143.32
46 62.83 71.20 81.40
96 119.87 131.14 144.55
47 64.00 72.44 82.72
97 120.99 132.31 145.78
48 65.17 73.68 84.03
98 122.11 133.47 146.99
49 66.34 74.92 85.35
99 123.23 134.64 148.21
50 67.51 76.15 86.66
100 124.34 135.81 149.48
Cara Membaca Tabel Chi-Square
Sama seperti dalam tabel T, dalam tabel ci-square ada yang namannya tingkata signifikasi (α ) serta derajad kebebasan (dk) atau degree of freedom. Tingkat signifikansi merupakan ukuran seberapa besar keyakinan yang kita ambil. Misalnya jika nilai α (alpha) adalah 0,01 maka kita memiliki keyakinan bahwa keputusan yang kita ambil 90% benar. Jika kita mengambil α (alpha) sebesar 0,01 maka kita memiliki keyakinan 90% keputusan yang kita ambil adalah benar. Derajat kebebasan didapat dengan rumus n-1. Jadi jika kita memiliki n observasi maka derajad bebasnya adalah n-1. Jika obyek yang kita teliti berjumlah 60 maka derajad bebasnya adalah 60-1 = 59.
Contoh
kita ingin mencari berapa nilai di tabel chi-square untuk df = 50 dengan tingkat signifikansi 0,05, maka kita lihat di kolom derajat signifikasi sebesar 0,05 kemudian tarik kebawah hingga ketemu angka derajat kebebasan di angka 59. Sobat akan menemukan angka 77.93
cara membaca tabel chi-squareDownload tabel chi-square dalam format PDF
hxxp://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/Tabel-Chi-Square.pdf

Kamis, 05 September 2013

BUSANA TAILORING

MATERI BUSANA TAILORING
PENGERTIAN TAILORING
Busana tailoring adalah busana kerja yang dibuat dengan menggunakan sistem tailoring.
Pengertian tailoring (bahasa Inggris) atau tailer (bahasa Perancis) adalah
seseorang yang mengerjakan atau menjahit busana terbatas, seperti busana untuk
kesempatan kerja atau pesta khususnya untuk pria. Contohnya setelan jas (kemeja
pantalon dan jas) kadang dilengkapi dengan vest.

Busana tailoring ini dibuat dari bahan yang berkualitas baik, seperti wol atau
sejenisnya. Pada proses pembuatannya memperhatokan kehalusan, kerapihan,
kekuatan jahitan, penggunaan lapisan serta banyak menggunakan keterampilan
tangan.

Pembuatan busana tailoring memerlukan kecakapan khusus seperti
keterampilan tangan, ketelitian, keuletan, kesabaran dan ketekunan dalam bekerja
untuk menghasilkan busana yang rapih dan bagus.

 Kecakapan khusus tersebut sangat
diperlukan karena terdapat beberapa bagian yang harus dikerjakan dengan teliti dan
sabar, seperti pembuatan tusuk piquer atau tusuk isi pada penyelesaian kelepak dan
kerah bawah jas, pemasangan lapisan pada bahan dasar dan vuring, pemasangan
bantal bahu dan sosis serta pemasangan kerah dan lengan jas.


FAKTOR – FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM DALAM PEMBUATAN BUSANA TAILORING:

1.        Personal Skill and Experience
Seseorang yang lebih berpengalaman akan memilih bahan, desain, dan metode yang lebih sulit dari pada seseorang yang masih kurang berpengalaman.
2.        Time Available ( waktu yang tersedia )
Pembuatan busana tailoring dengan metode tradisional akan memerlukan waktu yang lebih lama dari pada metode modern, selain itu juga mengenai desain dan bahan yang dipilih.
3.        Personal Preference ( selera )
Kesenangan seseorang akan menentukan desain dan jenis bahan yang dipilih.
 Misal :
a.       Selera
b.      Bahan tebal atau sedang dll. 
4.        Money Available ( Biaya / Uang yang tersedia )
Kaadaan biaya akan menentukan kualitas dan jenis bahan yang dipilih


  SYARAT – SYARAT BUSANA TAILORING
1.      Tampak Luar
a.       Terdapat kerah
b.      Terdapat saku vest atas
c.       Saku pada bagian depan ( kanan dan kiri )
Ø  Saku vest berklep
Ø  Saku paspoille berklep
d.      Kup depan atau garis hias
e.       Lengan jas
f.       Lubang kancing  tangan / paspoille
g.      Belahan belakang
2.      Tampak Dalam
a.       Bagian dalam tertutup dengan lining ( furing )
b.      Terdapat saku pada bagian lining depan
c.       Menggunakan bahan pelapis
d.      d.      Terdapat bantalan pada bagian bahu


    MACAM – MACAM BUSANA TAILORING
Model busana tailoring dapat digolongkankan menjadi 2 , yaitu :
1.      Duex Piece      : busana yang terdiri dari 2 bagian, yaitu atasan dan bawahan.
Misal   : ( blus + rok ), ( blus + celana ), ( blus + kulot ), ( gaun + blaser )
  
2.      Three Piece     :   busana yang terdiri dari tiga bagian, yaitu dalaman, bagian luar dan
    bawahan
a.       Dalaman biasanya terdiri dari kamisol, blus dan kemeja.
b.      Bagian luar biasanya terdiri dari blaser dan jas.
c.       Bawahan bias terdiri dari dari rok celana atau kulot

CARA MENGAMBIL UKURAN
PEMBUATAN POLA JAS
A.  CARA MENGAMBIL UKURAN
Untuk mendapatkan ukuran yang baik orang yang diukur harus berdiri tegak lurus.  Mula – mula diikatkan tali kecil pada pinggang orang tersebut untuk menentukan batas pinggangnya:
1.      Lingkar badan             =   Mengukur sekeliling badan pada bagian yang terbesar dengan ukuran
     pas ditambah  4 cm. Untuk jas ditambah  8 - 6  cm.
2.      Lingkar pinggang        =   Mengukur tepat pada lingkar pinggang. Untuk gaun ditambah  2 cm.   
3.      Lebar dada / muka      =   Diukur  5 cm  dari lekuk leher.  Kemudian diukur dari Kerung lengan
      kiri sampai kerung lengan kanan.
4.  Panjang dada / muka    =   Diukur dari lekuk leher ke pinggang.    
5.  Tinggi payudara          =   Diukur dari titik bahu tertinggi ke puncak payudara.
6.  Jarak payudara             =   Diukur dari puncak kiri ke puncak kanan payudara.
7.  Lebar bahu                   =   Diukur dari ujung bahu tertinggi ke batas lengan.
8.  Lebar punggung           =   Diukur dari tengkuk turun  8 cm  kemudian diukur dari kerung lengan
      kiri ke kerung lengan kanan 
9.  Panjang punggung       =   Diukur dari tengkuk ke pingggang.
10.  Lingkar panggul         =   Diukur pada bagian panggul yang terbesar.
11.  Panjang lengan           =   Diukur dari jahitan kepala lengan ke panjang yang diinginkan. 
12.  Lingkar lengan           =   Diukur keliling lengan sesuai panjang lengan .
13.  Panjang rok                =   Diukur dari pinggang ke bawah sampai panjang yang diinginkan.
14.  Panjang celana           =   Diukur dari pinggang sampai panjang yang diinginkan.
15.  Lingkar pangkal paha =   Diukur pada sekeliling pangkal paha.
16.  Tinggi duduk             =   Diukur dari pinggang ke tempat duduk.

MODEL BUSANA TAILORING
Adapun model Duex dan Three Piece, meliputi:
1.    Suit (setelan )  :  Satu stel pakaian yang terdiri dari celana dan jacket yang terbuat dari
bahan kain yang sama.
2.   Coat ( mantel) :   baju luar yang dipakai setelah memakai baju lain, dilengkapi dengan
lengan dan panjangnya di bawah panggul, biasanya ukurannya lebih besar dari baju yang ada didalam.
3.      Blazer              :   menggunakan bahan yang lebih ringan, lebih pas ditubuh, single -
breasted dengan dua atau tiga saku, biasanya terdapat sulaman, menggunakan kancing dari besi, dan untuk kesempatan yang lebih santai.
4.      Jacket ( jas )    :   jas pendek, panjangnya biasanya sampai panggul, dipakai setelah
memakai baju atau blus dengan rok atau celana, dipakai pria, wanita, dan anak – anak.

Ada satu jenis busana tailoring suit ( setelan ) dengan model yang khusus yaitu
“ THE TUXEDO “ 
The Tuxedo          :   baju yang pada awalnya dipakai untuk jamuan makan malam dengan
kelepak kerah dari sutera, biasanya berwarna hitam atau biru . 

BAHAN BUSANA TAILORING
Bahan untuk membuatan busana tailoring dapat diklasifikasikan menjadi  3  yaitu:
1.      Bahan pokok
2.      Bahan penunjang
3.      Bahan pelengkap

KETERANGAN :
1.       BAHAN POKOK
Bahan pokok adalah material utama yang harus ada dalam pembuatan busana tailor, dipakai untuk bahan bagian luar.

Syarat – syarat bahan pokok:
a.      Bahan mudah ditangani / dibentuk
Ø  Tahan pada temperature tinggi.
Ø  Tektur tidak terlalu lemas / kaku
b.      Bahan yang berkualitas  
Ø  Bahan untuk busana tailor, disarankan menggunakan bahan yang mengandung woll dan untuk mengetahui biasanya dilihat pada label kain ( …….. %  woll ).

Cara memeriksa bahan pokok
a.    Meremas dan melepas kembali, yaitu bahan kain diremas kemudian dilepaskan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan dapat kembali kebentuk semula. 
b.   Menekan atau mendorong permukaan dengan ibu jari untuk mendeteksi permukaan kain apakah bisa kembali atau tidak. Juga untuk mendetaksi kerapatan benang.
c.   Melangsaikan kain, hal ini dilakukan untuk mengetahui jatuhnya bahan.

PENYUSUTAN UNTUK BAHAN TAILORING

A.      PENYUSUTAN UNTUK BAHAN TAILORING
1.      Bahan Pokok / Utama
a.       Siapkan bahan katun, sepanjang bahan pokok, dan sebisa mungkin warna putih.
b.      Kain katun tersebut dilembabkan, dengan menyemprotkan secara merata pada permukaan kain.
c.       Letakkan bahan pokok diatasnya.
d.      Gulung bersama – sama, diamkan. Waktu tergantung pada ketebalan bahan. Untuk bahan yang sedang didiamkan   +  6 jam. Hal ini dimaksudkan supaya bahan pokok dapat menyerap kelembaban bahan katun.
e.       Direnggangkan seratnya menurut arah serat diagonal dan lurus.
f.       Dipres.
g.      Penyusutan seperti ini biasa dipakai untuk bahan woll.
  
2.      Penyusutan Lining
a.       Celupkan lining kedalam air sampai bersih an diangkat.
b.      Ditiriskan pada sepotong bambu.
c.       Pres dalam keadaan lembab dengan dilapisi bahan kain.
  
3.      Penyusutan Hair Canvas, ada 2 cara :
a.       Cara I
Ø  Lembabkan dengan cara menyemprotkan air.
Ø  Press hingga kering.
b.      Cara II
Ø  Siapkan kain handuk dan dilembabkan.
Ø  Digulung dengan hair canvas selama beberapa jam / sepanjang malam.
Ø  Dipress hingga kering.

4.      Penyusutan Fasible Intervasing
a.       Isi bak dengan air hangat.
b.      Masukkan fasible intervasing.
c.       Biarkan air menjadi dingin.
d.      Biarkan fasible intervasing selama  +  5 menit.
e.       Angkat dan pindahkan.
f.       Gulung dalam kain handuk.
g.      Biarkan hingga kering.

5.      Penyusutan Stay Tape
a.       Celupkan tape dalam air hangat.
b.      Angkat , letakkan diatas kain handuk.
c.       Biarkan dingin.
d.      Press dalam keadaan lembab, agar tidak berubah bentuk.

6.      Penyusutan Padding
a.       Lembabkan padding dengan menyemprotkan air.

CARA MEMBUAT POLA
A.      POLA DASAR BADAN MUKA DAN BELAKANG
1.      Ukuran
a.       Lingkar badan                   =   90 cm
b.      Lingkar pinggang              =   70 cm
c.       Lebar dada ( muka )         =   32 cm
d.      Panjang dada ( muka )      =   34 cm
e.       Tinggi payudara                =   24 cm
f.       Jarak payudara                 =   18 cm
g.      Lebar bahu                        =   12 cm
h.      Lebar punggung                =   34 cm
i.        Panjang punggung                        =   38 cm
j.        Lingkar pinggul  1             =   90 cm
k.      Lingkar pinggul  2             =   94 cm
2.      Keterangan
a.       Badan bagian depan
Ø  A – B        =   ½ Lingkar badan
Ø  A – C        =   B – D  panjang punggung  +  2 cm. hubungkan titik  C  dan  D
Ø  A  - A’       =   1/10  A B  +  4 cm
Ø  A – S         =   A A’  -  2 cm
Ø  T – E         =   turun  4 cm
Ø  S – E         =   lebar bahu
Ø  A’ – O       =   turun  5 cm
Ø  O – P         =   ½ lebar dada  ( muka )
Ø  C – C’       =   D – D’  (  ½  panjang punggung  -  2 cm ). Hubungkan C’  dengan  D’
Ø  C’ – F        =   ¼  lingkar badan  +  2 cm
Ø  A’ – M      =   panajang dada
Ø  M – M’      =   ¼ lingkar pinggangn +  1 cm  +  (  3 cm untuk kup ).
Ø  Hubungkan C’  dengan D’


Rabu, 04 September 2013

REDENOMINASI MATA UANG RUPIAH

Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, Mau Tak Mau Harus Dilakukan

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance
Rabu, 04/09/2013 16:37 WIB
http://images.detik.com/content/2013/09/04/5/162349_redenommmm.jpg
Jakarta - Rencana pemerintah untuk bisa menyederhanakan mata uang rupiah (redenominasi) ditanggapi Perencana Keuangan Aidil Akbar. Menurutnya, redenominasi perlu dilakukan untuk menaikkan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.

"Suka nggak suka, mau nggak mau, kita harus redenominasi. Karena dari sisi martabat kita di mata dunia bisa meningkat. Jangan kayak Zimbabwe telor harganya mahal banget kebanyakan nolnya," kata Aidil dalam acara Seminar dengan tema 'Kiat Investasi Cerdas di Tengah Turbulensi Ekonomi‪‬' di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (3/9/2013).

Namun, kata dia, realisasi redenominasi sebaiknya dilakukan di tahun 2016. Pasalnya, di tahun depan, pesta demokrasi pemilihan presiden bakal 'mengganggu' konsentrasi pasar. "Kalau saya lebih baik hold dulu, jangan tahun depan tapi nanti 2016," ujarnya.

Dia juga menjelaskan, redenominasi ini tentunya perlu sosialisasi yang tepat dan benar agar tidak salah persepsi di masyarakat.

Apalagi, sedikitnya 49% dari masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan. Dari besaran persentase tersebut, sebesar 30% sudah memasuki masa tua.

"Ini perlu sosialisasi panjang karena negara ada yang berhasil dan gagal. Turki berhasil setelah 5-7 tahun tapi mereka kan negara kecil. Yang paling penting sosialisasi karena 49% warga kita masih tinggal di pedesaaan, takutnya nggak nyampe infonya. Apalagi dari 49%, 30% sudah tua.
Ini takutnya mereka ketakutan, mereka menganggap itu sanering, kalau sosialisasi nggak bener, nanti takutnya bisa naikin inflasi 60-70%," ujarnya.

Selasa, 03 September 2013

FILSAFAT PENDIDIKAN



A. Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
ü Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
ü Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
ü Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
B. Subjek/ Objek Filsafat Pendidikan
Berfikir merupakan subjek dari filsafat pendidkan akan tetapi tidak semua berfikir berarti berfilsafat. Subjek filsafat pendidikan adalah seseorang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang bagaimanan memperbaiki pendidikan.
Objek filsafat, objek itu dapat berwujud suatu barang atau dapat juga subjek itu sendiri contohnya si aku berfikir tentang diriku sendiri maka objeknya adalah subjek itu sendiri. Objek filsafat dapat dibedakan atas 2 hal :
1. Objek material adalah segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada dan ada yang tidak harus ada
2. Objek formal adalah bersifat mengasaskan atau berprinsi dan oleh karena mengasas, maka filsafat itu mengkonstatis prinsip-prinsip kebenaran dan tidak kebenaran
C. Ruang Lingkup Filsafat
Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah filsafat ditingkalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan tersendiri. Filsafat itu erat hubungannya dengan pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah dan mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.
DEFINISI FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan yang menyelidiki hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya. Selain itu filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Dengan demikian secara sederhana filsafat pendidikan juga berarti suatu pemikiran secara mendalam dan sistematis tentang masalah-masalah pendidikan. Dalam makna lain filsafat pendidikan adalah falsifikasi pendidikan, baik dalam makna teoritis konseptual maupun makna praktis pragmatis yang menggejala.
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskriptif, dan analitik. Filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat dalamn menafsirkan data-data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda.
Filsafat pendidikan dikatakan prespektif apabila filsafat pendidikan menentukan tujuan-tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, serta menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional yang tertian dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 merupakan pendidikan preskriptif, sebab menentukan tujuan atau target pendidikan yang hendak dicapai. Filsafat pendidikan preskriptif ini sejalan dengan pendapat Ali Khalil Abu ‘Ainaini yang mendefinisakan filsafat pendidikan sebagai kegiatan-kegiatan pemikiran yang sistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan menrangkan nilai-nilai tujuan pendidikan yang akan dicapai (direalisasikan).
Filsafat pendidikan dikatakan analitik apabila filsafat pendidikan menelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Dengan kata lain, filsafat pendidikan analitik mencoba menguji secara rasional tentang keabsahan dan kekonsistenan suatu ide atau gagasan ihwal  pendidikan. Contonya menguji dari sudut pandang filsafat tentang konsep pendidikan seumur hidup, pendidikan luar sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian, filsafat pendidikan mengarahkan manusia menjalankan tugas-tugasnya dalam merealisasikan pendidikan.
A. Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan
Dasar filsafat pendidikan :
1. Metafisika
2. Epistemologi
3. Aksiologi
Tujuan filsafat pendidikan :
1. Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri
2. Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri
3. Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan
4. Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri
5. Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu :
1. Idealisme
2. Realisme
3. Pragmatisme
4. Humanisme
5. Behaviorisme
6. konstruktivisme.
B. Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan
Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.

A. Dasar dan Tujuan Filsafat
Dasar filsafat pendidikan :
1. Metafisika F bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat. Mulai hakekat dunia, hakekat manusia, hakekat tuhan, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidkan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya. Maka ia akan memiliki dorongna yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan cara implisit untuk mengetahui ke arah tujuan pendidikan
2. Epistemologi F ini diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan pada anak didik, diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara menyampaikannya seperti apa. Tepri pengetahuan ini berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengadaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode induktif, metode positivisme, metode kontemplatis
3. Aksiologi F dasar ini membahas nilai baik atau nilai buruk. Nilai indah atau tidak indah. Dan tidak mengakui nilai absolut tetapi menolak pula nilai yang bersifat subjektif seperti yang berlaku dalam nilai estetis. Nilai yang ada adalah nilai yang bersifat io-psikologis ekonomik historis. Dasar tingkah laku moral adalah pengetahuan ilmiah serta cinta dan simpati manusia. Pertimbangan-pertimbangan moral yang tertanam dalam diri pribadi melalui proses pendidikan dan sosialisasi menjadi dasar kemauan bebas dalam menentukan pilihan norma-norma yang tertanam dalam kebiasaan-kebiasaan berfungsi motivatif bersifat mewajibkan.
Tujuan pendidikan beberapa aliran filsafat bisa membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral. Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
C. Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan
Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan mengunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah- masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan- pertanyaan filosofis, yang memerlukan Pendekatan filosofis pula dalam memecahkannya. Analisa filsafat terhadap masalah- masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori- teori pendidikan.disamping itu jawaban- jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran fisafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yang dihadapinya, menunjukan pandangan- pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian, terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan. Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara legih rinci dapapt diuraukan sebagai berikut :
a. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yangdigunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang dianutnya.
b. Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
e. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya “Antara Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut :
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan system atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu “supplemen” terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar di bidang studi tertentu”. Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
BAB III
KESIMPULAN
Dasar filsafat pendidikan :
1. Metafisika
2. Epistemologi
3. Aksiologi
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu :
1. Idealisme 4. Humanisme
2. Realisme 5. Behaviorisme
3. Pragmatisme 6. konstruktivisme.
Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).